LightBlog
Tampilkan postingan dengan label Info Haji. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Info Haji. Tampilkan semua postingan

Minggu, 21 Juli 2024

Jumlah Jamaah Haji tahun 2024 Mencapai 1,8 Juta Jiwa

10.22 0

Otoritas Umum Statistik Arab Saudi (GASTAT) mengumumkan jumlah total jamaah haji dari tahun 2024 (1445 H)  mencapai 1.833.164 jiwa. Sebanyak 1.611.310 jamaah berasal dari luar Arab Saudi dan 221.854 jamaah berasal dari dalam Arab Saudi.

Berdasarkan laman resmi GASTAT, Kamis (20 Juni 2024), jumlah jamaah laki-laki tahun 2024 (1445 H) sebanyak 958.137 orang dan jamaah perempuan sebanyak 875.027 orang.

Terkait negara asal jamaah, GASTAT menyebutkan mayoritas jamaah tahun 2024 (1445 H) berasal dari negara-negara Asia sebesar 63,3 % dari seluruh jamaah. Kelompok jamaah haji terbesar kedua yang datang ke Makkah berasal dari negara-negara Arab, yaitu 22,3 %

Selanjutnya, proporsi jamaah haji dari negara-negara Afrika non-Arab mencapai 11,3 % dari total jamaah, disusul proporsi jamaah haji dari Eropa, Amerika, Australia, dan negara-negara lain yang tidak terklasifikasi mencapai 3,2 % dari total jamaah

Jamaah haji tiba melalui jalur udara sebanyak 1.546.345 jamaah, 60.251 jamamah melalui jalur darat, dan 4.741 jamaah jalur laut.

Saat mempublikasikan data statistik dan indikator musim haji 1445 H, GASTAT mengandalkan catatan administrasi sebagai sumber informasi utama. Catatan ini disediakan oleh semua lembaga pemerintah dan swasta yang bertanggung jawab melayani masyarakat. Dalam hal ini, GASTAT berperan sebagai acuan statistik.

Sumber : https : //www.detik.com

 

WUJUDKAN NIAT ANDA KE BAITULLAH
BERSAMA PROGRAM SOLUSI ARMINAREKA PERDANA

Cara Mudah & Cepat Menunaikan Ibadah Haji & Umrah Tanpa Kendala Biaya

APAKAH ANDA MENGALAMI HAL INI ?
  •     Ingin sekali Umroh dan Haji tapi belum ada biaya.
  •     Ibadah rutin dan rajin tetapi Rezeki tak kunjung datang
  •     Usaha sudah maksimal tapi belum menghasilkan
  •     Penghasilan hanya pas untuk kehidupan sehari hari
  •     Mau punya penghasilan tambahan tetapi bingung memilih usaha yg cocok
  •     Ingin mengumrohkan orang tua tetapi belum mampu
  •     Ingin Haji tapi waktu tunggunya lama sementara Haji Plus harganya mahal
  •     Sumber penghasilan hanya punya satu

JIKA SALAH SATU ATAU BEBERAPA KONDISI DIATAS SEDANG ANDA ALAMI, MAKA ARTINYA ANDA BERUNTUNG MEMBACA PELUANG INI !!

http://www.caramudahkebaitullah.com/2012/01/peluang-usaha-travel-haji-plus-dan.html
http://www.caramudahkebaitullah.com/2012/01/peluang-usaha-travel-haji-plus-dan.html
http://www.caramudahkebaitullah.com/2012/01/peluang-usaha-travel-haji-plus-dan.html

Segera daftarkan diri anda dan keluarga dengan diawali Dp Umroh Rp 3,500,000. Disetor via Teller/ATM/SMS Banking/Internet Banking ke salah satu rekening bank atas nama Arminareka Perdana. Konfirmasikan bukti transfer anda via WA ke Ibu Nur Anisah, S.H., M.Si, HP: 081 332998866 (WA)  atau email ke arminarekacabang@gmail.com (Up. Nur Anisah)

Percayakan Ibadah Umroh anda & keluarga bersama Arminareka Perdana. Salam Baitullah. Allahu Akbar. 

PT ARMINAREKA PERDANA
Penyelenggara Perjalanan Umroh & Haji Plus sejak 1990
Telp: 081 332 998866
Email: arminarekacabang@gmail.com

KANTOR PUSAT 
Gedung Menara Salemba Lt.5
Jl.Salemba Raya No.05 Jakarta Pusat 10440
Telp: 021.3984 2982, 3984 2964, Fax : 021.3984 2985

 

Sabtu, 01 Januari 2022

7 Amalan Berpahala Haji

16.30 0

Ada tujuh amalan yang jika diamalkan bisa berpahala haji. Amalan ini ada yang ringan bahkan kita bisa melakukannya setiap waktu. Walau ringan, namun pahalanya sangat luar biasa.

1- Umrah di bulan Ramadhan

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya pada seorang wanita,

مَا مَنَعَكِ أَنْ تَحُجِّى مَعَنَا

“Apa alasanmu sehingga tidak ikut berhaji bersama kami?” Wanita itu menjawab, “Aku punya tugas untuk memberi minum pada seekor unta di mana unta tersebut ditunggangi oleh ayah fulan dan anaknya –ditunggangi suami dan anaknya-. Ia meninggalkan unta tadi tanpa diberi minum, lantas kamilah yang bertugas membawakan air pada unta tersebut. Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِذَا كَانَ رَمَضَانُ اعْتَمِرِى فِيهِ فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ حَجَّةٌ

“Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadhan senilai dengan haji.” (HR. Bukhari, no. 1782; Muslim, no. 1256).

Dalam lafazh Muslim disebutkan,

فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ تَعْدِلُ حَجَّةً

“Umrah pada bulan Ramadhan senilai dengan haji.” (HR. Muslim, no. 1256)

Dalam lafazh Bukhari yang lain disebutkan,

فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ تَقْضِى حَجَّةً مَعِى

“Sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku.” (HR. Bukhari no. 1863).

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Yang dimaksud adalah umrah Ramadhan mendapati pahala seperti pahala haji. Namun bukan berarti umrah Ramadhan sama dengan haji secara keseluruhan. Sehingga jika seseorang punya kewajiban haji, lalu ia berumrah di bulan Ramadhan, maka umrah tersebut tidak bisa menggantikan haji tadi.” (Syarh Shahih Muslim, 9:2)

2- Melakukan shalat isyraq

Cara melakukannya:
a- Shalat shubuh berjamaah di masjid
b- Berdiam untuk berdzikir dan melakukan kegiatan yang manfaat
c- Ketika matahari setinggi tombak (15 menit setelah matahari terbit) melakukan shalat dua raka’at (disebut shalat isyraq atau shalat Dhuha di awal waktu)

Dalilnya adalah dari hadits dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

مَنْ صَلَّى صَلاةَ الصُّبْحِ فِي مَسْجِدِ جَمَاعَةٍ يَثْبُتُ فِيهِ حَتَّى يُصَلِّيَ سُبْحَةَ الضُّحَى، كَانَ كَأَجْرِ حَاجٍّ، أَوْ مُعْتَمِرٍ تَامًّا حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ

“Barangsiapa yang mengerjakan shalat shubuh dengan berjama’ah di masjid, lalu dia tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan shalat Sunnah Dhuha, maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumroh secara sempurna.” (HR. Thabrani. Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, no. 469 mengatakan bahwa hadits ini shahih lighairihi atau shahih dilihat dari jalur lainnya)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

“Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi, no. 586. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

3- Menghadiri majelis ilmu di masjid

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حَجَّتُهُ

“Siapa yang berangkat ke masjid yang ia inginkan hanyalah untuk belajar kebaikan atau mengajarkan kebaikan, ia akan mendapatkan pahala haji yang sempurna hajinya.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 8: 94. Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, no. 86 menyatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

4- Berbakti pada orang tua (birrul walidain)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

إِنِّي أَشْتَهِي الْجِهَادَ وَلا أَقْدِرُ عَلَيْهِ ، قَالَ : هَلْ بَقِيَ مِنْ وَالِدَيْكَ أَحَدٌ ؟ قَالَ : أُمِّي ، قَالَ : فَأَبْلِ اللَّهَ فِي بِرِّهَا ، فَإِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ فَأَنْتَ حَاجٌّ ، وَمُعْتَمِرٌ ، وَمُجَاهِدٌ ، فَإِذَا رَضِيَتْ عَنْكَ أُمُّكَ فَاتَّقِ اللَّهَ وَبِرَّهَا

“Ada seseorang yang mendatangi Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ia sangat ingin pergi berjihad namun tidak mampu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya padanya apakah salah satu dari kedua orang tuanya masih hidup. Ia jawab, ibunya masih hidup.
Rasul pun berkata padanya, “Bertakwalah pada Allah dengan berbuat baik pada ibumu. Jika engkau berbuat baik padanya, maka statusnya adalah seperti berhaji, berumrah dan berjihad.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Ausath 5/234/4463 dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman 6/179/7835. Ada nukilan dari At-Targhib 3/214 yang menyatakan bahwa sanad hadits ini jayyid –antara hasan dan shahih-. Lihat penjelasan Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Adh-Dha’ifah, no. 3195. Syaikh Al-Albani menyatakan bahwa mulai dari kalimat “Jika engkau berbuat baik padanya, …”, tambahan ini termasuk riwayat munkar)

Bagaimana kalau orang tua sudah meninggal dunia?

Ada enam hal yang bisa disimpulkan dari berbagai dalil:
Mendo’akan kedua orang tua.
Banyak meminta ampunan pada Allah untuk kedua orang tua.
Memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia.
Menjalin hubungan silaturahim dengan keluarga dekat keduanya yang tidak pernah terjalin.
Memuliakan teman dekat keduanya.
Bersedekah atas nama orang tua yang telah tiada.

5- Shalat lima waktu berjama’ah di masjid

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ مَشَى إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ فِي الجَمَاعَةِ فَهِيَ كَحَجَّةٍ وَ مَنْ مَشَى إِلَى صَلاَةٍ تَطَوُّعٍ فَهِيَ كَعُمْرَةٍ نَافِلَةٍ

“Siapa yang berjalan menuju shalat wajib berjama’ah, maka ia seperti berhaji. Siapa yang berjalan menuju shalat sunnah, maka ia seperti melakukan umrah yang sunnah.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 8: 127. Syaikh Al-Albani dalam Shahih wa Dha’if Al-Jami’ Ash-Shagir, no. 11502 menyatakan bahwa hadits ini hasan)

Dalam hadits lainnya, dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْحَاجِّ الْمُحْرِمِ وَمَنْ خَرَجَ إِلَى تَسْبِيحِ الضُّحَى لاَ يُنْصِبُهُ إِلاَّ إِيَّاهُ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُعْتَمِرِ وَصَلاَةٌ عَلَى أَثَرِ صَلاَةٍ لاَ لَغْوَ بَيْنَهُمَا كِتَابٌ فِى عِلِّيِّينَ

“Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci menuju shalat wajib, maka pahalanya seperti pahala orang yang berhaji. Barangsiapa keluar untuk shalat Sunnah Dhuha, yang dia tidak melakukannya kecuali karena itu, maka pahalanya seperti pahala orang yang berumrah. Dan (melakukan) shalat setelah shalat lainnya, tidak melakukan perkara sia-sia antara keduanya, maka pahalanya ditulis di ‘illiyyin (kitab catatan amal orang-orang shalih).” (HR. Abu Daud, no. 558; Ahmad, 5: 268. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

6- Membaca tasbih, tahmid dan takbir setelah shalat

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

جَاءَ الْفُقَرَاءُ إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالُوا ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ مِنَ الأَمْوَالِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلاَ وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ ، يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى ، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ ، وَلَهُمْ فَضْلٌ مِنْ أَمْوَالٍ يَحُجُّونَ بِهَا ، وَيَعْتَمِرُونَ ، وَيُجَاهِدُونَ ، وَيَتَصَدَّقُونَ قَالَ « أَلاَ أُحَدِّثُكُمْ بِأَمْرٍ إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ أَدْرَكْتُمْ مَنْ سَبَقَكُمْ وَلَمْ يُدْرِكْكُمْ أَحَدٌ بَعْدَكُمْ ، وَكُنْتُمْ خَيْرَ مَنْ أَنْتُمْ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِ ، إِلاَّ مَنْ عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُونَ وَتَحْمَدُونَ ، وَتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ » . فَاخْتَلَفْنَا بَيْنَنَا فَقَالَ بَعْضُنَا نُسَبِّحُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنَحْمَدُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنُكَبِّرُ أَرْبَعًا وَثَلاَثِينَ . فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ « تَقُولُ سُبْحَانَ اللَّهِ ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، حَتَّى يَكُونَ مِنْهُنَّ كُلِّهِنَّ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ »

“Ada orang-orang miskin datang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berkata, orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Mereka shalat sebagaimana kami shalat. Mereka puasa sebagaimana kami berpuasa. Namun mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad serta bersedekah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya dapat terdepan dari orang yang setelah kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan. Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir di setiap akhir shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.”
Kami pun berselisih. Sebagian kami bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh empat kali. Aku pun kembali padanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ucapkanlah subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar, sampai tiga puluh tiga kali.” (HR. Bukhari, no. 843).

Abu Shalih yang meriwayatkan hadits tersebut dari Abu Hurairah berkata,

فَرَجَعَ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِينَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالُوا سَمِعَ إِخْوَانُنَا أَهْلُ الأَمْوَالِ بِمَا فَعَلْنَا فَفَعَلُوا مِثْلَهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ »

“Orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin kembali menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka berkata, “Saudara-saudara kami yang punya harta (orang kaya) akhirnya mendengar apa yang kami lakukan. Lantas mereka pun melakukan semisal itu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mengatakan, “Inilah karunia yang Allah berikan kepada siapa saja yang ia kehendaki.” (HR. Muslim, no. 595).

7- Bertekad untuk berhaji

Karena siapa yang memiliki uzur namun punya tekad kuat dan sudah ada usaha untuk melakukannya, maka dicatat seperti melakukannya. Contoh misalnya, ada yang sudah mendaftarkan diri untuk berhaji, namun ia meninggal dunia sebelum keberangkatan, maka ia akan mendapatkan pahala haji.
Kenapa sampai yang punya uzur terhitung melakukan amalan?

عَنْ جَابِرٍ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فِى غَزَاةٍ فَقَالَ « إِنَّ بِالْمَدِينَةِ لَرِجَالاً مَا سِرْتُمْ مَسِيرًا وَلاَ قَطَعْتُمْ وَادِيًا إِلاَّ كَانُوا مَعَكُمْ حَبَسَهُمُ الْمَرَضُ »

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, dalam suatu peperangan (perang tabuk) kami pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya di Madinah ada beberapa orang yang tidak ikut melakukan perjalanan perang, juga tidak menyeberangi suatu lembah, namun mereka bersama kalian (dalam pahala). Padahal mereka tidak ikut berperang karena mendapatkan uzur sakit.” (HR. Muslim, no. 1911).

Dalam lafazh lain disebutkan,

إِلاَّ شَرِكُوكُمْ فِى الأَجْرِ

“Melainkan mereka yang terhalang sakit akan dicatat ikut serta bersama kalian dalam pahala.”
Juga ada hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,

عَنْ أَنَسٍ – رضى الله عنه – أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ فِى غَزَاةٍ فَقَالَ « إِنَّ أَقْوَامًا بِالْمَدِينَةِ خَلْفَنَا ، مَا سَلَكْنَا شِعْبًا وَلاَ وَادِيًا إِلاَّ وَهُمْ مَعَنَا فِيهِ ، حَبَسَهُمُ الْعُذْرُ »

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu peperangan berkata, “Sesungguhnya ada beberapa orang di Madinah yang ditinggalkan tidak ikut peperangan. Namun mereka bersama kita ketika melewati suatu lereng dan lembah. Padahal mereka terhalang uzur sakit ketika itu.” (HR. Bukhari, no. 2839).

Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

“Jika salah seorang sakit atau bersafar, maka ia dicatat mendapat pahala seperti ketika ia dalam keadaan mukim (tidak bersafar) atau ketika sehat.” (HR. Bukhari, no. 2996).

Semoga Allah memudahkan kita mengamalkan amalan di atas. Moga kita pun dimudahkan untuk mengamalkan haji yang sebenarnya. Aamiin

Sumber : rumaysho

Rabu, 01 Mei 2019

Kuota Tambahan 10.000 Jamaah Haji Diprioritaskan untuk Lansia dan Pendamping

08.33 0

Info Haji – Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menyebut tambahan kuota 10.000 jamaah untuk Indonesia, akan dikhususkan bagi jemaah lanjut usia (lansia) dan pendamping haji.

Hal itu disampaikan Menag di sela-sela rapat koordinasi antara Menteri Agama bersama Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, dan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani di Mekah, Arab Saudi.

“Kebijakan tambahan kuota 10.000 dikhususkan untuk lansia dan pendamping,” terang Menag pada Selasa (30/4).

“Kita tetap fokus pada layanan, walaupun ada penambahan kuota 10.000. Ini penting agar tidak terjadi penurunan kualitas layanan kepada jemaah,” lanjutnya.

Menurut Menag, rapat menyepakati bahwa penempatan jemaah yang masuk dalam kuota tambahan tetap mengacu pada sistem zonasi di Makkah, dimana penempatan jemaah dikelompokkan zonasinya berdasarkan embarkasi. Ada tujuh zona, yaitu:

Syisyah: Embarkasi Aceh (BTJ), Medan (KNO), Batam (BTH), Padang (PDG), dan Makassar (UPG)
Raudhah: Embarkasi Palembang (PLM) dan Jakarta – Pondok Gede (JKG)
Misfalah: Embarkasi Jakarta – Bekasi (JKS)
Jarwal: Embarkasi Solo (SOC)
Mahbas Jin: Embarkasi Surabaya (SUB)
Rei Bakhsy: Embarkasi Banjarmasin dan Balikpapan
Aziziah: Embarkasi Lombok (LOP)
“Layanan katering dan transportasi bus shalawat di Makkah juga mengacu pada ketetapan awal, hanya jumlahnya disesuaikan dengan adanya penambahan kuota,” tutur Menag.

Sementara Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nizar menambahkan, sampai saat ini persiapan layanan di Makkah sudah hampir final, baik akomodasi, katering, maupun transportasi.

“Total layanan di Makkah sudah 95% siap, termasuk dengan kuota tambahan. Untuk layanan di Madinah, masih proses akhir untuk yang penambahan kuota,” terang Nizar.

Sumber : http://www.jurnas.com

Jumat, 26 April 2019

Kemenkes : Hindari MERS, Jamaah Haji Diimbau Tidak Selfie Bareng Unta

08.10 0

Info Haji - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau calon jamaah haji (calhaj) saat berada di Arab Saudi untuk mengindari kontak langsung dengan unta termasuk melakukan "selfie" atau swafoto di dekat hewan khas padang pasir tersebut.

“Hindari kontak langsung dengan unta seperti foto bersama unta atau minum susu unta langsung di peternakan,” kata Kasubdit Fasilitas Pelayanan Kesehatan Haji Kemenkes dr. Edi Supriyatna MKK saat memberikan materi dalam Pembekalan Terintegrasi Petugas Haji Arab Saudi Tahun 1440H/2019M di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur, Rabu (24/4/2019).

Edi yang tahun ini bertugas sebagai Kasie Kesehatan PPIH Madinah itu mengatakan kontak langsung dengan hewan termasuk unta menjadi salah satu faktor risiko yang bisa menjadi pemicu gangguan kesehatan bagi jemaah haji.

Imbauan untuk tidak mendekati unta itu sejatinya sudah disampaikan sejak beberapa tahun lalu terkait dengan penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS) atau Sindrom Pernapasan Timur Tengah yang teridentifikasi pertama kali merebak di Arab Saudi pada 2012.

Kementerian Haji Arab Saudi juga mengingatkan jamaah untuk mewaspadai penyakit mematikan itu. WHO bahkan dalam situsnya menjelaskan, MERS adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh coronavirus (CoV) yakni keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Gejala khas MERS meliputi demam, batuk, dan sesak napas, pneumonia sering terjadi, tapi tidak selalu hadir, hingga gejala gastrointestinal, termasuk diare, juga telah dilaporkan.

Selain itu, Edi juga mengimbau jemaah haji untuk selalu menjaga kesehatan dengan selalu makan makanan yang bergizi, menggunakan payung saat berada di luar pondokan, rutin menyemprotkan air ke wajah dan bagian tubuh lain yang terbuka, dan sering minum air putih. “Gunakan masker dan gunakan alas kaki jika berada di luar ruangan,” katanya.

Sumber : republika

Rabu, 24 April 2019

Pasangan Suami Istri Asrofi dan Mutiatun Berhaji dari Hasil Buruh Tandur Padi

08.00 0

Info Haji - Suasana Asrama Haji Sukolilo Surabaya tampak ramai. Waktu itu, ada tiga kelompok terbang (kloter) asal embarkasi surabaya yang masih tinggal, yakni kloter tiga, empat, dan lima. Kloter satu, sudah lebih dulu dilepas keberangkatannya oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Selang beberapa jam, kloter kedua juga diberangkatkan menuju Bandara Internasional Juanda untuk diterbangkan ke Tanah Suci.

Hampir di tiap sudut asrama berkapasitas 3.000 orang ini, dapat ditemui calon jamaah haji yang tengah menanti waktu keberangkatan mereka. Binar bahagia dan kerinduan memenuhi panggilan Ilahi pun tampak terpancar dari wajah mereka.

Tak terkecuali yang dirasakan oleh Asrofi (70 tahun) dan sang istri Mutiatun (65), jamaah haji Kloter lima Embarkasi Surabaya (SUB 05). Ditemui di teras salah satu gedung penginapan Asrama Haji Sukolilo, pasangan suami istri ini berkisah tentang rasa bahagiaannya. Mendapat kesempatan berangkat haji, ibarat panen raya bagi pasangan buruh tani asal Banyuwangi ini.

“Alhamdulillah... wong ndak pernah mengira bisa berangkat haji. Kami hanya berusaha,” tutur Mutiatun sambil menyeka air mata dengan tangan rentanya. Sesaat kemudian, ia tampak menerawang, mengingat kembali perjuangan panjangnya bersama suami untuk dapat mendaftar haji.

Biaya haji yang berada pada kisaran puluhan juta, dirasa amat berat bagi mereka yang hanya bekerja sebagai buruh tani dan memelihara kambing. Apalagi, Asrofi hanya buruh tanam padi bagi para pemilik sawah di desanya. Sementara Mutiatun, lebih banyak tinggal di rumah untuk merawat anak-anak mereka. Sesekali saja ia membantu suami menjadi buruh tandur.

“Ya memang sejak awal nikah pekerjaannya ya buruh tani. Nah sekarang Bapake agak bungkuk, karena ya nunduk terus nandur di sawah,” kata Mbah Mutiatun sambil menatap lelaki tua yang telah menikahinya sejak 1974 tersebut dengan mata berkaca-kaca.

Senyum tipis pun tampak tersungging di wajah lelaki tua itu. Seperti sang istri, matanya pun berkaca-kaca saat menuturkan awal mula ia berniat pergi haji. “Penghasilan buruh tani kan tidak tentu. Tapi saat tahun 1993, saya mulai niat untuk bisa pergi haji,” ujarnya lirih.

Menurut Asrofi, pergi haji ke Tanah Suci adalah kewajiban tiap muslim. Maka, untuk mencapainya tetap harus diusahakan. “Waktu itu ya berat. Apalagi kami harus menghidupi empat orang anak. Masih ada yang sekolah, masih ada yang di pondok pesantren Mambaul Ulum, Mbarasan, Banyuwangi,” ujar Mutiatun menambahkan.

Meski hidup dengan kondisi ekonomi terbatas, pasangan Asrofi dan Mutiatun berprinsip bahwa agama itu utama. Sehingga, meski kondisi serba terbatas, keduanya pun tetap berikhtiar memenuhi rukun Islam yang kelima. Mereka sisihkan sebagian penghasilannya untuk ditabung.

Sejak 1993, mereka mulai menabung, bukan di bank, atau lembaga penyimpanan resmi, melainkan di bumbung bambu yang mereka buat sendiri. “Ya nabungnya di rumah, ditaruh di bumbung bambu, dilubangi, kemudian uangnya ditaruh di situ,” cerita Asrofi.

Penghasilan yang mereka dapat tak pernah besar. Menjadi buruh tandur pada masa itu, ia dan suami hanya dibayar Rp 30 ribu per hari. Perlahan dari upah buruh tandur tersebut, mereka berdua berhasil memperoleh sebidang tanah seluas seperempat bau (sekitar 1.750 m2) yang sesekali ditanam kedelai atau padi.

Kalau sedang beruntung, mereka bisa memanen, yang artinya ada tambahan penghasilan bagi keluarga ini. Untuk sekali musim panen, mereka mendapat penghasilan sekitar empat juta rupiah. “Itu tiga bulan sekali, dan masih kotor,” kata Asrofi.

Lagi-lagi, penghasilan tersebut seringkali tak mencukupi kebutuhan keluarga dengan empat orang anak. Tapi toh hal ini tak menyurutkan niat keduanya. Impian mereka adalah, mampu pergi ke Tanah Suci. Maka bumbung-bumbung bambu itu perlahan mereka isi. Meski mereka tak pernah tahu kapan akan mencukupi untuk mendaftar haji. “Uangnya juga sudah ndak bagus lagi,” ujar Mutiatun.

Atas izin Allah, kerja keras mereka berbuah manis. Setelah kurang lebih 17 tahun menabung, pasangan ini mendaftar haji pada 2010. “Uangnya ya gak cukup dari yang ditabung, itu dibantu oleh anak pertama saya yang saat itu sudah bekerja di Riau,” kata Asrofi.

Dengan berurai air mata, Mutiatun mengaku bahagia karena Allah mengabulkan impian mereka berdua lewat anak sholeh yang dititipkan pada keduanya. “Alhamdulillah... anak saya yang kedua pun sekarang masih di pondok. Membantu romo kyai mengajar juga...” tutur Mutiatun.

Sementara dua anak lainnya pun menurut penuturan pasangan ini memilih untuk bekerja selepas menyelesaikan pendidikan di pondok pesantren. Betul-betul panen raya yang dirasakan oleh kedua orang tua ini. Allah memampukan mereka berangkat ke Tanah Suci berkat ikhtiar yang telah mereka lakukan. Keberangkatan keduanya ke Tanah Suci pun diiringi doa dari anak-anak sholeh yang mereka bekali ilmu agama.

Sumber : kemenag.go.id

LightBlog