Senin, 14 November 2011

Hawa Terik Menyengat Jamaah di Padang Arafah


Jawapos, Minggu 6 Nopember 2011, Hal 1
 
Hawa terik dirasakan seluruh jamaah haji yang melaksanakan prosesi puncak haji berupa wukuf di Padang Arafah kemarin (5/ 11). Sengatan panas mengalami titik puncak ketika jamaah berada di tenda, mendengarkan khotbah wukuf. Saat itu suhu udara diperkirakan 38-40 derajat Celsius. Namun, hingga berakhirnya prosesi wukuf, belum ada laporan jamaah yang menjadi korban akibat sengatanmatahari. Baca

Perbaiki Katering Jamaah Lansia

Udara terik itu hanya mengakibatkan jamaah cepat lelah saat melaksanakan wukuf . Padahal, selain wukuf masih banyak prosesi haji, seperti melempar jumrah, sai, dan tawaf di Masjidilharam. Tentu saja, sengatan panas matahari itu lebih baik daripada terjadi hujan di Arafah. Belajar pada pengalaman 2008, hujan daras yang disertai petir membuat kalang kabut jamaah. Sebagian jamaah yang tidak tertampung di tenda akhimya basah kuyup. Bahkan, saat itu sebagian wilayah Arafah terlanda banjir

 
Nah, kemungkinan terjadi banjir saat wukuf juga diantisipasi pemerintah Arab Saudi. Di beberapa titik terlihat sejumlah perahu karet dan kendaraan untuk medan berat. Selain sengatan terik, khotbah wukuf diwarnai hilir mudiknya sejumlah helikopter yang mengawasi pergerakan jamaah. Heli bakal terus meraung-raung hingga jamaah menuju ke Muzdalifah Mina. Saudi menyiagakan sekitar 63 ribu petugas keamanan untuk mengantisipasi kemungkinan buruk di Arafah dan Mina. Itu belum termasuk petugas haji dari negara-negara asal jamaah. 
 
Sementara itu, pergerakan jamaah dari Makkah menuju Arafah untuk mengikuti wukuf pada Jumat malam atau Sabtu dini hari kemarin (5/11) berlangsung lancar. Ketua DPR sekaligus ketua rombongan anggota DPR di Makkah Marzuki Alie melaporkan, hingga Sabtu pagi seluruh jamaah sudah berada Arafah. Marzuki berharap tidak ada kejadian buruk saat jamaah berada di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina). Di Arafah, Marzuki bisa merasakan perbaikan layanan haji dibanding tahun-tahun sebelumnya. "Karpetnya juga masih baru dan bersih. 
 
Jamaah cukup puas," kata Marzuki kepada tim Media Center Haji (MCH) Humas Kementrian Agama (Kemenag) di Arafah kemarin (5/11). Anggota DPR dari Partai Demokrat itu menuturkan, ada beberapa tenda yang hanya dilapisi kain untuk alas. Namun, sejak kedatangan jamaah haji, tenda ini diberi tikar plastik. Marzuki menuturkan, pemerintah mengatur bahwa satu tenda menampung 10 jamaah. Mudah—mudahan dengan isi yang tidak terlalu penuh, jamaah tidak mengeluh kepanasan. Sebab, papar Marzuki, kondisi di Arafah saat ini cukup panas. ‘

Antrean yang sedikit mengular tampak saat jamaah akan makan. Seperti diketahui, tahun ini pemerintah menetapkan bahwa makanan di Arafah dihidangkan dengan model katering. Bukan boks atau kotakan. Pemerintah beralasan, model katering bisa menghindarkan jamaah cari potensi keracunan. Marzuki menuturkan, konsekuensi model katering adalah jamaah-harus antre untuk makan. Bagi jamaah yang masih bugar dan berumur relatif muda itu tentu bukan persoalan. Tapi, yang mengganjal bagi Marzuki adalah jamaah yang sudah berumur lebih dari 60 tahun.·


"Evaluasinya, bisa dibuatkan meja prasmanan khusus untuk jamaah lansia’ tandasnya. Jika tidak bisa, pemerintah bisa mengupayakan model boks atau kotakan khusus untuk jamaah umur 60 tahun ke atas. Saat ini makanan, disajikan dalam sebuah meja panjang untuk jamaah satu kloter. Rata-rata, satu kloter terdiri atas 450 orang. Di tengah mulai padatnya jamaah haji di Armina, penjagaan petugas keamanan Saudi semakin ketat. Kepala Bidang Pengamanan PPIH Arab Saudi Siswoyo menuturkan, aparat kepolisian dan tentara Saudi hingga relawan diterjunkan untuk mengawasi penjuru Armina
 
Di tengah pengamanan yang ketat, khotbah wukuf kemarin disampaikan Hasyim Muzadi selaku wakil amirul haj. Dalam khotbah bertajuk Pusat Makna Kemanusiaan itu, Hasyim berpesan, seorang haji wajib membawa nilai Arafah untuk kemaslahatan pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa. 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar